Lahan pekarangan rumah sempit? Tentunya bukan alasan untuk tidak memiliki kebun di pekarangan rumah. Selain sangat menyenangkan, terlihat teduh, masih banyak keuntungan lainnya lo.. berikut ceritanya
Foto pohon blimbing wuluh yang mulai berbunga di pekarangan rumah saya (dok. pri/warungcimut.blogspot.com)
Kemarin sore, tiba-tiba anak tetangga sebelah rumah datang mengirimi kami mangga. Sepertinya habis panen. Memang dari beberapa hari lalu, terlihat pohon mangga di depan rumahnya tampak berbuah. Padahal, si empunya sudah pesimis kalau pohon mangganya akan menghasilkan buah. Pasalnya, sudah sejak menempati rumah itu, pohon mangganya tidak kunjung tampak tanda-tanda berbuah padahal sudah berbagai upaya dilakukan. Sepertinya kini harapan tetangga saya terkabul. Dan kami pun turut mendapat nikmatnya.
Memiliki kebun sendiri memang sangat menyenangkan. Apalagi jika tanaman yang
tumbuh merupakan tanaman yang memberikan hasil, seperti sayuran atau
buah. Sejujurnya, saya adalah tipe orang yang menyukai jenis tanaman seperti ini
daripada tanaman hias, meskipun tidak menampik juga jika diberi, hehe.... Namun
menurut saya, pribadi, jika memiliki tanaman yang berbuah, kita dapat menikmati
hasilnya secara nyata (baca:bisa dimakan). Jadi ada kebahagiaan sendiri yang terasa jika sudah mulai terlihat bunga-bunga kecilnya bermunculan ditambah penampakan
kumbang yang beterbangan diantaranya. Tandanya pembuahan sedang
berlangsung yang mengindikasikan pula akan ada buah yang muncul.
Tanaman hijau yang tinggi dan rimbun, sepertinya sangat
diperlukan, mengingat makin panasnya udara yang kita rasakan
akhir-akhir ini. Terutama di siang hari. makin maraknya kendaraan
bermotor dan penggunaan air conditioner (AC) yang hampir dimiliki setiap
rumah apalagi gedung-gedung perkantoran, turut andil dalam meningkatnya suhu
permukaan bumi.
Oleh karena itu, dengan sengaja di bagian pekarangan rumah, saya tanami beberapa
pohon. Dengan asumsi nanti pohon-pohon itu akan memberi kesejukan pada rumah saya. Lahan
pekarangan rumah saya tidaklah luas, mungkin hanya sekitar 9 m², itupun tidak
semua dapat ditanami, karena bagian bawahnya terpakai untuk space tandon dan
septik tank. Selain itu ada beberapa pipa PDAM yang tertanam melintasi area
pekarangan. Jadi saya harus ekstra hati-hati dalam menentukan letak tanamnya.
Jangan sampai nantinya malah merusak tatanan instalasi bawah tanah yang ada.
Sedari awal, saya memang sudah mengidamkan satu tanaman yang wajib ada, yaitu buah
belimbing. Karena menurut saya, dari segi proporsi tumbuh ranting pohonnya
cenderung melebar, jadi akan dapat cepat memberi keteduhan. Dan saya pun mendapatkannya.
Bapak saya membawakan secara khusus demi anak tercintanya sebuah pohon
belimbing lengkap dengan pot daur ulang ban mobil. Dengan hanya mengendarai
sepeda motornya, beliau melakukan perjalanan surabaya-sidoarjo bersama si pohon
belimbing yang diikat pada bagian belakang motor (matur nuwun sanget
bapak 🙏 Mugi Allah selalu paringi bapak
sehat).Singkat cerita, pohon belimbing itu sudah tumbuh lebat, dan beberapa
kali saya sudah menikmati panennya, begitupun tetangga saya.
Selain pohon buah belimbing, di lahan pekarangan sempit saya juga tertanam pohon srikaya, belimbing wuluh, dan pandan suji. Dari masing-masing pohon tersebut, saya telah menikmati hasilnya. Dulu, di pekarangan rumah saya juga pernah ada tanaman lombok dan semangka. Keduanya tidak saya tanam dengan sengaja. Saya hanya sekadar melemparkan biji-biji ke pekarangan. Alhamdulillah, tumbuh dengan baik. Beberapa kali kami telah menikmati hasilnya. Hingga tiba waktunya, saya harus mengakhirinya. Karena sudah mulai tidak sehat. Saya pun membabat habis keduanya.
Entah sudah berapa macam tanaman yang pernah hadir menghiasi pekarangan saya.
Meskipun saya tidak secara intensif merawatnya, hanya beberapa kali menaburkan
kompos yang saya beli seharga 5000/kantung. namun alhamdulillah, mereka dapat
tumbuh. Ketika tanaman itu sudah tampak tidak bergairah untuk hidup, biasanya
saya langsung mengeliminasinya. Hal yang perlu diperhatikan dalam memiliki
tanaman terutama pepohonan, maka kita juga harus mau menanggung risiko terganggu
dengan kotornya halaman rumah, lantaran banyaknya daun-daun dan bunga-bunga
kering yang jatuh dan berserakan. Tentunya itu sangat tidak sedap dipandang.
Oleh karena itu, sebisa mungkin saya harus menyempatkan diri setiap harinya
untuk menyapu dan mengumpulkan rontokan daun-daun tersebut. Setidaknya itulah
yang menjadikan saya bergerak setiap hari dan sedikit mengeluarkan keringat.
Semoga dapat membantu saya dalam upaya pengurangan lemak tubuh.
seperti yang saya sampaikan sebelumnya, memiliki tanaman yang
‘menghasilkan’ lebih menguntungkan, pasalnya kita dapat memanfaat hasil buah
atau sayur tersebut sebagai bahan makanan atau minuman. Salah satunya blimbing
wuluh, akhir-akhir ini pohon blimbing wuluh saya rajin berbuah. Saya pernah
memanennya hingga sebaskom penuh, kurang lebih hampir 1 kilo. Sempat binggung
mau dibuat apa, akhirnya sayapun menyusuri kanal-kanal youtube untuk menemukan
resep olahan blimbing wuluh.
Dari hasil pencarian, blimbing wuluh dapat diolah menjadi minuman yang menyehatkan seperti sirup blimbing wuluh, lihat resep di sini dan manisan yang dikeringkan menyerupai kurma. Keduanya bisa menjadi ide jualan yang menjajikan karena kecilnya modal. Jadi, selain memberikan keuntungan menghijaukan lingkungan dan menyegarkan udara sekitar rumah, kebun di pekarangan rumah memiliki beragam fungsi yang bermanfaat lainnya. Tentunya semua harus diimbangi dengan menerima resikonya pula. Namun jangan menjadikan keadaan itu sebagai alasan untuk tidak mengisi pekarangan kita dengan tanaman apa pun itu. Jadi tanaman apa yang sekarang ada di pekarangan rumahmu?
Salam penghijauan.
Komentar
Posting Komentar